- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Supported by: Pandutani Indonesia (PATANI)
Tentang Pandutani Indonesia (Patani)
PANDUTANI Indonesia (PATANI) adalah organisasi profesional
berskala nasional yang bersifat partisipatif dan terbuka, yang senantiasa
menyinergikan segenap kemampuan, kemauan, dan kelebihan setiap individu dan
lembaga, baik pemerintah maupun non-pemerintah dalam mengembangkan kemitraan
dan kesetiakawanan sosial bagi kepentingan kemajuan bangsa dan negara
Indonesia.
Pandutani Indonesia (PATANI) berfokus pada pembangunan
bangsa dengan program populernya Kampung Patani, yang bertujuan untuk
menciptakan lapangan kerja, memacu pertumbuhan ekonomi dan sosial menuju
masyarakat sejahtera dan bermartabat. Saat ini Patani telah memiliki 15
Kanwil dengan 1.200 anggota ditambah anggota komunitasnya yang tersebar di
berbagai daerah di Indonesia.
Sebagian besar anggota komunitas PATANI berasal dari petani,
nelayan dan para pelaku UMKM. Selain fokus pada program pemberdayaan petani,
nelayan dan pelaku UMKM, PATANI bersama komunitasnya juga kerap menggulirkan
program penghijauan (termasuk food estate), dengan menanami banyak tanaman
produktif di sejumlah lahan kritis di Indonesia
Bahkan, pada tahun 2015 silam, atas undangan PATANI,
Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah memberikan kuliah umum
tentang ekonomi hijau kepada mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Provinsi
Sumatera Selatan (Sumsel). Berangkat dari kegiatan tersebut, PATANI gencar
mengembangkan program Kampung Patani di daerah-daerah, dengan Pusat Pengendali
Nasional (PPN) Kampung Patani di Desa Cimande, Bogor, Jawa Barat.
Tentang Kampung Patani
Sekilas tentang program Kampung Patani yang digagas Ketua
Umum Pandutani Indonesia (PATANI), Sarjan Tahir, adalah sebuah ide brilian
untuk mengeksplorasi dan mengetahui langsung apa-apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat paling bawah. Kelompok masyarakat ini, seperti petani, nelayan, dan
pelaku UMKM tentunya butuh perhatian.
Adapun Pusat Pengendali Nasional (PPN) Kampung Patani
terletak di Desa Cimande, Jawa Barat, berfungsi untuk menghimpun data dan
informasi sebagai bahan evaluasi atas kinerja Kampung Patani di seluruh
Indonesia. Konsep Kampung Patani ini menjadi luar biasa dan riil karena
dilakukan bersama-sama. Membangun semangat, berkolaborasi, sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Secara spesifik, Kampung Patani adalah konsep membangun
suatu kawasan berbasis pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) secara terpadu, ramah
lingkungan (berkelanjutan/sustainable) dan memberi nilai tambah, yang mampu
menyejahterahkan petani, nelayan, dan pelaku UMKM di kawasan tersebut.
Adapun model atau bentuk Kampung Patani disesuaikan dengan
kondisi agroekosistem dan kearifan lokal kawasan setempat serta memerhatikan
karakteristik, kondisi sosial budaya, dan ekonomi masyarakat setempat.
Ada beragam kriteria Kampung Patani, yakni Kampung Patani
berbasis Kehutanan Sosial, Kampung Patani berbasis Perkebunan, Kampung Patani
berbasis Tanaman Pangan, Kampung Patani berbasis Tanaman Hortikultura, Kampung
Patani berbasis Peternakan, Kampung Patani berbasis Perikanan/Kelautan, dan
Kampung Patani berbasis Koperasi dan UMKM.
“Suatu kawasan pedesaaan, pesisir, bahkan perkotaan dapat
diusulkan menjadi Kampung Patani, dan tentunya ada sejumlah kriteria, salah
satunya jika suatu kawasan itu memiliki kelompok petani/peternak/nelayan
dan/atau koperasi, dan UMKM yang melakukan usaha budidaya/usaha tani tanaman
pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, perikanan dan kelautan,
perhutanan sosial serta usaha pengolahan dan pemasarannya,” papar Sarjan.
Banyak manfaat yang diperoleh pelaku usaha dalam kawasan
Kampung Patani, di antaranya bisa meningkatkan produktivitas, dan tersedianya
saprodi, pemasaran serta pembiayaan usaha yang difasilitasi oleh Patani melalui
Koperasi Indokopat. Petani, nelayan, koperasi dan UMKM dalam kawasan Kampung
Patani juga diberi pelatihan sesuai kebutuhan serta terciptanya kawasan usaha
agribisnis yang berkelanjutan (ramah lingkungan).
Pada aspek ekonomi, Kampung Patani ini menjadi sumber
kesejahteraan dan mampu mengatasi kesenjangan ekonomi. Juga sebagai sumber
pangan masyarakat sekaligus sumber pendapatan negara. Adapun aspek sosialnya,
tumbuhnya masyarakat yang mandiri dan berkarakter, berkembangnya budaya hidup
yang peduli lingkungan (green economy). Sementara di aspek politik,
penggalangan komunitas petani, nelayan, UMKM lebih mudah terjangkau oleh giat
Kampung Patani.