Supported by: Pandutani Indonesia (PATANI)

By PorosBumi 25 Nov 2024, 11:32:08 WIB

Tentang Pandutani Indonesia (Patani)

PANDUTANI Indonesia (PATANI) adalah organisasi profesional berskala nasional yang bersifat partisipatif dan terbuka, yang senantiasa menyinergikan segenap kemampuan, kemauan, dan kelebihan setiap individu dan lembaga, baik pemerintah maupun non-pemerintah dalam mengembangkan kemitraan dan kesetiakawanan sosial bagi kepentingan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Pandutani Indonesia (PATANI) berfokus pada pembangunan bangsa dengan program populernya Kampung Patani, yang bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja, memacu pertumbuhan ekonomi dan sosial menuju masyarakat sejahtera dan bermartabat. Saat ini Patani telah memiliki 15 Kanwil dengan 1.200 anggota ditambah anggota komunitasnya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Sebagian besar anggota komunitas PATANI berasal dari petani, nelayan dan para pelaku UMKM. Selain fokus pada program pemberdayaan petani, nelayan dan pelaku UMKM, PATANI bersama komunitasnya juga kerap menggulirkan program penghijauan (termasuk food estate), dengan menanami banyak tanaman produktif di sejumlah lahan kritis di Indonesia

Bahkan, pada tahun 2015 silam, atas undangan PATANI, Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah memberikan kuliah umum tentang ekonomi hijau kepada mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Berangkat dari kegiatan tersebut, PATANI gencar mengembangkan program Kampung Patani di daerah-daerah, dengan Pusat Pengendali Nasional (PPN) Kampung Patani di Desa Cimande, Bogor, Jawa Barat.

Tentang Kampung Patani

Sekilas tentang program Kampung Patani yang digagas Ketua Umum Pandutani Indonesia (PATANI), Sarjan Tahir, adalah sebuah ide brilian untuk mengeksplorasi dan mengetahui langsung apa-apa yang dibutuhkan oleh masyarakat paling bawah. Kelompok masyarakat ini, seperti petani, nelayan, dan pelaku UMKM tentunya butuh perhatian.

Adapun Pusat Pengendali Nasional (PPN) Kampung Patani terletak di Desa Cimande, Jawa Barat, berfungsi untuk menghimpun data dan informasi sebagai bahan evaluasi atas kinerja Kampung Patani di seluruh Indonesia. Konsep Kampung Patani ini menjadi luar biasa dan riil karena dilakukan bersama-sama. Membangun semangat, berkolaborasi, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Secara spesifik, Kampung Patani adalah konsep membangun suatu kawasan berbasis pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) secara terpadu, ramah lingkungan (berkelanjutan/sustainable) dan memberi nilai tambah, yang mampu menyejahterahkan petani, nelayan, dan pelaku UMKM di kawasan tersebut.

Adapun model atau bentuk Kampung Patani disesuaikan dengan kondisi agroekosistem dan kearifan lokal kawasan setempat serta memerhatikan karakteristik, kondisi sosial budaya, dan ekonomi masyarakat setempat.

Ada beragam kriteria Kampung Patani, yakni Kampung Patani berbasis Kehutanan Sosial, Kampung Patani berbasis Perkebunan, Kampung Patani berbasis Tanaman Pangan, Kampung Patani berbasis Tanaman Hortikultura, Kampung Patani berbasis Peternakan, Kampung Patani berbasis Perikanan/Kelautan, dan Kampung Patani berbasis Koperasi dan UMKM.

“Suatu kawasan pedesaaan, pesisir, bahkan perkotaan dapat diusulkan menjadi Kampung Patani, dan tentunya ada sejumlah kriteria, salah satunya jika suatu kawasan itu memiliki kelompok petani/peternak/nelayan dan/atau koperasi, dan UMKM yang melakukan usaha budidaya/usaha tani tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, perikanan dan kelautan, perhutanan sosial serta usaha pengolahan dan pemasarannya,” papar Sarjan.

Banyak manfaat yang diperoleh pelaku usaha dalam kawasan Kampung Patani, di antaranya bisa meningkatkan produktivitas, dan tersedianya saprodi, pemasaran serta pembiayaan usaha yang difasilitasi oleh Patani melalui Koperasi Indokopat. Petani, nelayan, koperasi dan UMKM dalam kawasan Kampung Patani juga diberi pelatihan sesuai kebutuhan serta terciptanya kawasan usaha agribisnis yang berkelanjutan (ramah lingkungan).

Pada aspek ekonomi, Kampung Patani ini menjadi sumber kesejahteraan dan mampu mengatasi kesenjangan ekonomi. Juga sebagai sumber pangan masyarakat sekaligus sumber pendapatan negara. Adapun aspek sosialnya, tumbuhnya masyarakat yang mandiri dan berkarakter, berkembangnya budaya hidup yang peduli lingkungan (green economy). Sementara di aspek politik, penggalangan komunitas petani, nelayan, UMKM lebih mudah terjangkau oleh giat Kampung Patani.