- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Sejarah Asal Mula dan Jenis Tanaman Cabai
CABAI (Capsicum sp.) merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (Solanaceae) yang dikenal sejak dulu sebagai bumbu masakan. Awalnya tanaman cabai merupakan tanaman liar di hutan-hutan. Beberapa referensi menyebutkan bahwa cabai berasal dari amerika selatan, tepatnya di bolivia. Dari sana tanaman cabai menyebar hingga ke Amerika Tengah dan akhirnya ke seluruh dunia.
Menurut sejarah, masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan mmebudidayakan tanaman cabai adalah suku inca (Amerika selatan), suku Maya (Amerika Tengah) dan suku Aztek (Meksiko) pada sekitar 2.500 SM. Pada masa itu mereka memanfaatkan cabai sebagai bumbu masakan. Orang yang pertama kali berjasa dalam penyebaran tanaman cabai adalah Christophorus Columbus (1451-1506), seorang pelaut dari italia yang pernah berlayar dan mendarat di pegunungan Guanahani, yang kemudian dia namakan Pantai Salvador di kepulauan Bahama.
Di laut karibia pada tanggal 12 oktober 1492, Columbus menemukan penduduk asli di daerah tersebut memanfaatkan cabai sebagai bumbu masakan. Ia kemudian membawa pulang biji-biji cabai ke negaranya untuk dikembangbiakan. Cabai yang dibawa Columbus ke spanyol adalah jenis cabai merah (Capsicum annum).
Tanaman cabai pertama kali masuk ke indonesia karena dibawa oleh pelaut portugis. Ferdinand Magelhaens (1480-1521) yang melakukan pelayaran atas prakarsa Spanyol. Pada tahun 1519, Magelhaens mendarat di pulau Maluku. Dalam pelayarannya melalui samudera Atlantik menuju lautan teduh, ia melewati sebuah selat yang selanjutnya disebut selat Magelhaens.
Klasifikasi tanaman cabai
Berdasarkan sistem taksonomi, tanaman cabai diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Trachebionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terong-terongan)
Genus : Capsicum
Spesies : - Capsicum frutescens (Cabai Rawit)
- Capsicum annum var. Longun ( Cabai Besar & keriting).
Jenis-jenis tanaman cabai
Tanaman cabai termasuk family Solanaceae (terong-terongan). Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Di bawah ini adalah jenis-jenis tanaman cabai:
A. Cabai rawit
Cabai rawit (Capsicum frutescens) dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Hot pepper atau bird's eye chili pepper. Dalam bahasa melayu dikenal dengan nama Cili padi, lada merah, lada mira. Dalam bahasa Thailand disebut Phrik kheenuu. Dalam bahasa china disebut La jiao, ye la zi. Dalam bahasa jepang disebut Kidachi tougarashi.
Tanaman cabai rawit memiliki morfologi: daun tunggal, agak bulat dan melebar, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, jumlah percabangan banyak, tinggi tanaman 50-120 cm, batang berbuku-buku, bertangkai, letak berselingan, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota berbentuk bintang, bunga tunggal, berwarna putih, putih kehijauan, atau ungu.
Buah cabai rawit tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-5 cm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah yang masak berwarna merah. Ukuran cabai rawit lebih kecil dibanding cabai keriting atau cabai merah besar, namun lebih pedas. memiliki biji dalam jumlah banyak, berbentuk bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kekuningan. Beberapa jenis cabai rawit lokal yang dikenal di indonesia antara lain:
Cabai rawit kecil/cabai jemprit: buahnya kecil dan pendek, lebih pedas.
Cabai rawit putih/cabai domba: buahnya lebih besar dari cabai jemprit, warna putih kekuningan.
Cabai rawit celepik: buahnya lebih besar daripada cabai jemprit dan lebih kecil dari cabai domba, rasanya kurang pedas dibandingkan cabai rawit jemprit. Waktu muda berwarna hijau. Setelah masak berwarna merah cerah.
B. Cabai keriting
Cabai keriting adalah jenis cabai merah yang merupakan cabai hibrida, sering dibudidayakan oleh para petani karena memiliki produktivitasnya tinggi dan panen lebih cepat. kurang dari 75-120 hari. Selain itu tanaman cabai keriting juga mampu beradaptasi cukup bagus baik di dataran tinggi maupun dataran rendah, disamping relatif tahan penyakit, produksinya tinggi. Buah cabai merah keriting berbentuk memanjang dan mengeriting dengan ujung meruncing, rasanya pedas, biji yang dihasilkan relatif banyak. Buah yang masih muda berwarna hijau, lalu coklat, setelah masak menjadi merah tua.
C. Cabai besar
Cabai besar adalah cabai merah yang merupakan salah satu jenis cabai hibrida yang sangat diminati oleh para petani untuk dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanamannya produktif dan memiliki pasar yang luas. Cabai besar memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibanding cabai keriting. permukaannya lebih halus, tidak bergelombang. Cabai besar kalah pedas dibanding cabai rawit dan keriting.