- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Buntut Serangan Rudal Jarak Jauh Ukraina, Rusia Balas Tembakkan Rudal ke Kiev
Keterangan Gambar : Rusia meluncurkan rentetan rudal ke Ukraina, Kamis (21/11/2024) sebagai balasan besar pertama atas serangan Ukraina. Foto/cbs news
KIEV - Rusia meluncurkan rentetan rudal ke Ukraina, Kamis (21/11/2024) sebagai balasan besar pertama atas serangan Ukraina awal minggu ini terhadap fasilitas militer di wilayah Bryansk, Rusia. Dalam serangan itu Ukraina menggunakan rudal jarak jauh buatan dan pasokan Amerika Serikat (AS) yang dikenal sebagai ATACMS.
Serangan rudal Rusia dilancarkan malam hari dengan menargetkan beberapa kota, tetapi yang paling parah akibat serangan itu dialami Dnipro di bagian tengah-timur. Angkatan Udara Ukraina mengklaim bahwa serangan Rusia terhadap kota itu termasuk penggunaan pertama rudal balistik antarbenua selama perang.
Namun, seorang pejabat Barat mengatakan kepada CBS News mengatakan tidak ada penggunaan rudal balistik ICBM dalam serangan itu. Dua pejabat AS juga mengatakan kepada CBS News bahwa Rusia telah menembakkan rudal balistik, tapi bukan ICBM.
Baca Lainnya :
- Cerdas, Begini Sistem Irigasi Lahan Pertanian di Jepang0
- 5 Tren Teknologi AI yang Makin Canggih!0
- Ukraina Dilaporkan Serang Bunker Putin Pakai Rudal Strom Shadow Inggris0
- Dari Brasil, Presiden Prabowo Ajak Pelaku Usaha Perkuat Sektor Pertanian0
- Prabowo Ajak KTT G20 Entaskan Kelaparan, Mentan Gerak Cepat Bentuk Brigade Swasembada Pangan0
Salah satu pejabat mengatakan rudal itu tampaknya merupakan rudal balistik jarak menengah yang diluncurkan dari timur Volgograd, Rusia, untuk menargetkan Dnipro. Jika akurat, itu akan menjadi lintasan penerbangan sekitar 500 mil (805 km).
Meskipun ada penyangkalan dari pejabat AS, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam sebuah posting di media sosial bahwa semua karakteristik rudal Rusia yang digunakan dalam serangan di Dnipro sesuai dengan rudal balistik antarbenua. Namun, dia mengatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk memastikan dengan tepat rudal apa yang telah ditembakkan ke kota Dnipro.
Zelenskyy menuduh "tetangga kita yang gila" Rusia menggunakan negaranya "sebagai tempat pengujian" untuk senjata barunya.
Selama konferensi pers yang disiarkan langsung di Moskow pada Kamis (21/11/2024), juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menerima panggilan telepon dan seorang pria yang diidentifikasi hanya sebagai "Masha".
Terdengar dia memerintahkan Zakharova untuk tidak memberikan komentar apa pun tentang "serangan rudal balistik yang mulai dibicarakan oleh pihak Barat" di Dnipro.
Angkatan udara Ukraina tidak mengatakan apa yang diduga menjadi sasaran ICBM Rusia atau apakah itu menyebabkan kerusakan, tetapi gubernur daerah Dnipro, Serhiy Lysak, mengatakan serangan itu merusak sebuah perusahaan industri dan memicu kebakaran di kota itu, melukai 15 orang.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan serangan Rusia itu juga melibatkan rudal hipersonik Kinzhal dan tujuh rudal jelajah. “Enam dari rudal Rusia itu ditembak jatuh,” kata angkatan udara Ukraina.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah tim CBS News di Kiev, bersama dengan ratusan ribu penduduk ibu kota Ukraina, terpaksa mencari perlindungan di tempat parkir bawah tanah, stasiun metro, dan ruang bawah tanah saat alarm serangan udara berbunyi.
Pada akhirnya, tidak ada rudal yang mendarat, sehingga Ukraina menuduh Rusia melakukan serangan psikologis. “Kami sangat khawatir," kata seorang warga muda Kiev kepada CBS News. Kami ingin mempertahankan negara kami. Kami ingin hidup damai,’ ucapnya.
Setelah lebih dari dua setengah tahun perang di Ukraina, luka dan kecemasan semakin dalam. Beberapa orang percaya bahwa Rusia dan Ukraina berusaha memaksimalkan keuntungan mereka dan dengan itu, pengaruh mereka untuk setiap pembicaraan gencatan senjata di masa mendatang.
Ada ketakutan yang signifikan di Ukraina dan Eropa bahwa Trump dapat memangkas dukungan AS untuk Kiev. Kondisi ini memaksa pemerintahan Presiden Volodymyr Zelenskyy untuk menerima gencatan senjata yang dinegosiasikan dengan Rusia dan mengharuskan Ukraina menyerahkan tanah yang diduduki oleh pasukan Putin. (wib)