- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Hizbullah dan Israel Sepakat Gencatan Senjata Selama 60 Hari
Keterangan Gambar : Hizbullah dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata selama 60 hari, setelah berminggu-minggu berunding dengan Amerika Serikat (AS). Foto/Miami Herald
BEIRUT – Hizbullah dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata selama 60 hari, setelah berminggu-minggu berunding dengan Amerika Serikat (AS). Kesepakatan ini dinilai sebagai sebuah langkah awal untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan ribuan orang.
Presiden AS Joe Biden mengatakan telah melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Israel dan Lebanon di Gedung Putih. Semua pihak telah menyetujui gencatan senjata yang akan mengakhiri konflik yang menghancurkan antara Israel dan Hizbullah.
Dikutip dari laman Miami Herald, Rabu (27/11/2024), kesepakatan untuk jeda 60 hari dapat membuka jalan bagi gencatan senjata yang lebih langgeng setelah lebih dari setahun pertempuran yang telah menghancurkan wilayah perbatasan Lebanon-Israel. Serangan itu menyebabkan Israel mengebom sebagian wilayah Beirut, serta kota-kota Lebanon lainnya.
Baca Lainnya :
- Balas Serangan IDF ke Beirut, Hizbullah Tembakkan 250 Roket ke Israel0
- Stasiun Luar Angkasa Internasional Bocor, Bikin NASA Ketar-Ketir 0
- Rusia Tangkap Warga Inggris yang Bertempur Bersama Ukraina di Wilayah Kursk0
- Ukraina Serang Sistem Pertahanan Udara Canggih Rusia di Kursk0
- Ilmuwan Temukan Alfabet Tertua di Makam Kuno Suriah dari Tahun 2400 SM0
Beberapa jam sebelum Biden berbicara, angkatan udara Israel melakukan beberapa serangan terberatnya di Beirut. Pembicaraan tentang gencatan senjata jangka panjang kemungkinan akan rumit.
Usulan gencatan senjata muncul setelah salah satu utusan utama Biden untuk Timur Tengah, Amos Hochstein, bolak-balik antara Israel dan Lebanon dalam upaya untuk mengakhiri konflik sebelum Presiden terpilih Donald Trump mengambil alih Gedung Putih pada bulan Januari.
Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan bersama yang menjanjikan akan bekerja sama dengan Israel dan Lebanon untuk memastikan pengaturan ini sepenuhnya dilaksanakan dan ditegakkan. Termasuk upaya untuk mencegah siklus kekerasan lainnya.
Salah satu kendala utama gencatan senjata dalam konflik ini adalah desakan Israel untuk dapat terus menyerang posisi Hizbullah jika Israel merasa kelompok itu melanggar ketentuan perjanjian gencatan senjata.
Namun Netanyahu mengatakan dalam sambutannya bahwa durasi gencatan senjata bergantung pada perkembangan di Lebanon. "Jika Hizbullah memilih untuk kembali mempersenjatai diri, kami akan menyerang," katanya.
Dukungan terhadap gencatan senjata juga tidak bulat di kabinet keamanan Israel. Menteri Keamanan Nasional Garis Keras Itamar Ben Gvir memberikan suara menentang kesepakatan tersebut, dengan menulis di X bahwa itu adalah "kesalahan serius.
Perdana Menteri Lebanon Najob Mikati mengatakan pemerintahnya berkomitmen untuk meningkatkan kehadiran tentaranya di sepanjang perbatasan dengan Israel sebagai bagian dari rencana gencatan senjata.
Israel ingin Hizbullah menyingkirkan para pejuang dan senjatanya dari wilayah perbatasan di Lebanon selatan, dengan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan militer Lebanon berpatroli di wilayah tersebut untuk memastikan hal itu terjadi. Itulah persyaratan resolusi PBB, yang dikenal sebagai 1701, yang mengakhiri perang tahun 2006 antara kedua belah pihak.
Sekitar 3.100 orang telah tewas di Lebanon akibat serangan Israel dan serangan darat dalam dua bulan terakhir. Diperkirakan ada 1,2 juta, lebih dari seperlima populasi, telah mengungsi. (wib)