Menelisik Jejak Jenderal Amerika Pimpin Perang Dunia II dari Bumi Papua

By PorosBumi 07 Des 2024, 09:08:37 WIB Jejak
Menelisik Jejak Jenderal Amerika Pimpin Perang Dunia II dari Bumi Papua

Keterangan Gambar : Tugu Jenderal MacArthur, Ifar Gunung, Distrik Sentani, Jayapura, Papua. foto-foto: hendri irawan/porosbumi.com


DI salah satu bukit sekitar kawasan Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, namanya Gunung Ipar, ternyata menyimpan jejak sejarah salah satu jenderal asal Amerika Serikat, yakni Jenderal Douglass MacArthur. Di situs berupa tugu yang kini berada dalam kompleks militer Kodam Cenderawasih ini, pengunjung bisa melihat jejak sang jenderal yang dikenal dengan strategi perang ‘lompat katak’ ini.

Bahkan, kursi kayu (kini sudah diganti beton)) tempat sang jenderal duduk pun masih bisa dijumpai. Kursi itu berada di salah satu pojok kompleks dekat gerbang masuk, persisnya di bawah pohon yang disebut Pohon Cinta. Dinamakan Pohon Cinta, karena dahan, ranting, cabang dan daun pohon menyerupai bentuk hati/love. Selain itu, juga ada museum yang menceritakan riwayat perjalanan sang jenderal saat memimpin pasukan Sekutu di Perang Dunia II.


Baca Lainnya :

Keistimewaan Tugu McArthur tidak hanya pada kisah sejarah yang terjadi pada masa lalu. Dari kawasan tugu ini, panorama indah Distrik Sentani berikut Danau Sentani sangat memanjakan mata. Deretan pegunungan dan cantiknya Danau Sentani berikut gugusan pulau-pulau kecil di tengahnya yang terbentang luas bak lukisan alam, dipastikan makin membuat pengunjung betah berlama-lama di objek wisata bersejarah ini.

Waktu yang tepat untuk mengunjungi Tugu McArthur adalah sore hari ketika menjelang matahari terbenam. Bila cuaca cerah, kita dapat menikmati bulatnya matahari yang memancar di langit hingga tenggelam di antara pegunungan yang menghampar. Pemandangan yang begitu memukau akan sangat sulit dilupakan dan menjadi pengalaman yang begitu berharga.

Untuk mencapai obyek wisata Tugu McArthur, pengunjung harus sedikit melewati jalanan berliku dan menanjak, kira-kira 15 menit dari Bandara Sentani dengan menggunakan kendaraan bermotor. Perjalanan ke lokasi ini pun harus melewati komplek militer karena terletak satu wilayah dengan Resimen Induk Kodam Cendrawasih. Saat porosbumi.com berkunjung ke Tugu McArthur, aparat TNI yang berjaga di kawasan ini sempat menyuruh menunggu sebentar di pos penjagaan di bawah. Karena di saat bersamaan ada rombongan pasukan TNI tengah latihan menembak.


“Latihan (menembak) sudah selesai, tinggal beres-beres saja. Tunggu sebentar ya mas,” kata salah satu prajurit TNI ramah. Benar saja, hanya beberapa menit menunggu rombongan porosbumi.com pun diperkenankan masuk kawasan. Dan segala jerih lelah menuju tempat ini terbayar lunas dengan keindahan panorama dan kisah sejarah menarik di Tugu McArthur. Yang melegakan lagi, objek wisata ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya sepeser pun untuk mengunjunginya.

 

Taktik Perang “Lompat Katak”  

Tugu McArthur merupakan saksi bisu sejarah besar Perang Dunia II yang berkecamuk di tanah Papua. Tugu ini menjadi peringatan datangnya pasukan sekutu di wilayah Pasifik pada tahun 1944. Hal ini terkait penyerangan sekutu terhadap Jepang yang saat itu menguasai sebagian besar wilayah Filipina.

Dilansir dari Wikipedia, Douglas McArthur yang saat itu menjadi panglima besar pasukan sekutu, memerintahkan pasukannya untuk mendirikan sebuah Markas Besar Umum Daerah Pasifik Barat Daya, dan lokasinya ada di distrik Sentani, Papua, tepatnya di sekitar bukit tempat Tugu McArthur berada. Inilah sebab mengapa tugu peringatan di atas bukit Sentani ini menabalkan nama Jenderal McArthur, salah satu jenderal besar yang dimiliki Amerika Serikat hingga saat ini.

Douglas MacArthur lahir pada 26 Januari 1880 dan meninggal dunia pada 5 April 1964, persisnya di umur 84 tahun. MacArthur seorang jenderal bintang lima asal Amerika Serikat dan marsekal lapangan Angkatan Darat Filipina. MacArthur menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat pada dasawarsa 1930-an dan memiliki sumbangsih yang besar dalam upaya untuk melawan Kekaisaran Jepang di Pasifik selama Perang Dunia II.


MacArthur dianugerahi Medal of Honor berkat jasa-jasanya selama kampanye militer Filipina, sehingga dirinya dan ayahnya Arthur MacArthur Jr, menjadi pasangan ayah dan anak pertama yang sama-sama mendapatkan medali tersebut. Ia juga merupakan salah satu dari hanya lima orang yang diberikan pangkat Jenderal Besar di Angkatan Darat Amerika Serikat, dan satu-satunya orang yang pernah diangkat sebagai marsekal lapangan di Angkatan Darat Filipina.

Menarik ditelisik jejak Jenderal Douglass MacArthur kala memimpin Perang Dunia II dari Bumi Papua. Perang ini berawal saat Jepang memulai perang Pasifik dengan menyerang Pearl Harbour di Hawai, pada 7 Desember 1941. Kurang dari delapan jam kemudian Jepang membom Clarc Field, utara Manila. Tiga hari kemudian MacArthur menyatakan Manila sebagai kota terbuka dan pindah ke Corregidor.

Dua minggu setelahnya, di bawah tekanan berat tentara Jepang, pasukan Amerika di Filipina ditarik ke Bataan (Teluk Manila), dan mereka meneruskan perlawanan terhadap Jepang selama tiga bulan. Pada Maret 1942, Presiden Franklin Roosevelt memerintahkan MacArthur dan keluarganya menuju ke Melbourne. MacArthur membuat pernyataan …”I shall return.”

Tugas utama MacArthur adalah melindungi Australia. Untuk memutuskan jalur laut Australia ke Amerika Serikat, Jepang berusaha mengurung Port Moresby (Pelabuhan Jayapura) lewat pantai selatan Irian (sekarang Papua). Setelah Jepang gagal mencapai sasarannya lewat laut, mereka dihentikan di darat pada September 1942 oleh pasukan Australia di bawah perintah MacArthur.


Sekutu kemudian mengambil alih pertahanan dan memulai suatu operasi militer yang panjang dan sulit untuk mengusir keluar Jepang dari Irian. Pada Februari 1943, Sekutu menang kendali atas Irian bagian tenggara dan mengeliminasi ancaman jalur laut. Kemenangan MacArthur terhadap Jepang di Irian adalah suatu langkah pertama dalam suatu operasi militer yang membawa pasukannya menuju ke arah barat Filipina.

Sepanjang operasi ini, unit-unit Angkatan Laut Pasific yang dipimpin oleh Admiral William Holsey ditempatkan di bawah komando strategis MacArthur. Setelah membebaskan Kepulauan Solomon, pasukan MacArthur menyerbu memasuki kepulauan Admiralty dan menetralisir basis pertahanan Jepang di Rabaul pada 1944. Mereka kemudian bergerak di sepanjang pantai utara Irian dan akhirnya membuat pertahanan di Jayapura.

Jenderal MacArthur, setelah terpaksa meninggalkan Bataan dan menyingkir ke Australia, dan menerima bantuan pasukan serta peralatan dari Amerika, lalu menyusun kekuatan baru dan strategi yang ditetapkannya adalah serangan balasan akan dilaksanakan menurut garis yang terpendek ke Jepang. Oleh karena itu, pulau-pulau Indonesia bagian Barat, tidak termasuk dalam strategi serangan balasan ini.


Tempat-tempat pendudukan lainnya seperti Sorong, Sarmi, Manokwari, Teluk Kao dan lainnya tidak diserbu, tetapi diblokade dari udara dan laut sehingga hubungan keluar terputus, tidak dapat saling memberi bantuan, dan akhirnya menyerah. Begitupun pembebasan Nieuw Guinea/Papua oleh tentara Sekutu berlangsung hanya kurang dari tiga bulan, yaitu 22 April - 30 Juli 1944. Kekuatan tentara Jepang sepanjang pesisir utara dan barat Papua tidak berdaya terhadap strategi perang Sekutu, yaitu taktik perang “lompat katak” yang dilancarkan pasukan MacArthur.

Sama seperti pasukan Jepang yang memulai masuk Papua dengan mendaratkan pasukannya di Teluk Humboldt (sekarang Teluk Hamadi), MacArthur pun masuk kembali ke Papua dengan mendaratkan pasukannya melalui Teluk Hamadi. Kemudian pasukannya berjalan kaki melalui Danau Sentani dan terus naik ke atas gunung, dan akhirnya membuat markas besar di bukit daerah Ifar Gunung.

Dari sini MacArthur kemudian merebut kembali Sarmi, Sorong, Manokwari dan Fak-Fak. Kedudukan tentara Sekutu di Hollandia (nama lain Jayapura) dan sekitarnya makin diperluas, dan mendesak pertahanan tentara Jepang sehingga tidak terdapat perlawanan dan lumpuh seluruhnya.

Pada 6 Juni 1944, operasi militer tentara Sekutu merebut Hollandia di bawah pimpinan Jenderal Douglass MacArthur dinyatakan selesai. Hollandia kemudian oleh Jenderal MacArthur dijadikan sebagai General Head Quarter of the South West Pacific Area (Markas besar Pasifik Barat Daya), Pusat Allied Air Forces (Angkatan Udara sekutu), Pusat Allied Land Forces (Angkatan Darat Sekutu), dan The US “7” Fleet Recreation Centre di Ifar Gunung. (hendri irawan)

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment