- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Menelisik Jejak Jenderal Amerika Pimpin Perang Dunia II dari Bumi Papua
Keterangan Gambar : Tugu Jenderal MacArthur, Ifar Gunung, Distrik Sentani, Jayapura, Papua. foto-foto: hendri irawan/porosbumi.com
DI salah satu bukit sekitar
kawasan Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, namanya Gunung Ipar, ternyata
menyimpan jejak sejarah salah satu jenderal asal Amerika Serikat, yakni
Jenderal Douglass MacArthur. Di situs berupa tugu yang kini berada dalam
kompleks militer Kodam Cenderawasih ini, pengunjung bisa melihat jejak sang
jenderal yang dikenal dengan strategi perang ‘lompat katak’ ini.
Bahkan, kursi kayu (kini sudah diganti beton)) tempat sang jenderal duduk pun masih bisa dijumpai. Kursi itu berada di salah satu pojok kompleks dekat gerbang masuk, persisnya di bawah pohon yang disebut Pohon Cinta. Dinamakan Pohon Cinta, karena dahan, ranting, cabang dan daun pohon menyerupai bentuk hati/love. Selain itu, juga ada museum yang menceritakan riwayat perjalanan sang jenderal saat memimpin pasukan Sekutu di Perang Dunia II.
Baca Lainnya :
- TERRY FOX, Pahlawan Penderita Kanker Inisiator Marathon of Hope0
- Ini yang Membuat Prabowo Yakin Indonesia Bisa Bebas dari Impor Semua Produk Pangan0
- AHY: Indonesia Kaya Potensi Ekraf yang Bisa Tingkatkan Perekonomian0
- 5 Produk UMKM yang Punya Potensi Besar Ekspor ke Inggris0
- Hub UMK Jakarta Raya Wujud Kontribusi PLN Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal 0
Keistimewaan Tugu McArthur tidak hanya pada kisah sejarah
yang terjadi pada masa lalu. Dari kawasan tugu ini, panorama indah Distrik
Sentani berikut Danau Sentani sangat memanjakan mata. Deretan pegunungan dan cantiknya
Danau Sentani berikut gugusan pulau-pulau kecil di tengahnya yang terbentang
luas bak lukisan alam, dipastikan makin membuat pengunjung betah berlama-lama
di objek wisata bersejarah ini.
Waktu yang tepat untuk mengunjungi Tugu McArthur adalah sore
hari ketika menjelang matahari terbenam. Bila cuaca cerah, kita dapat menikmati
bulatnya matahari yang memancar di langit hingga tenggelam di antara pegunungan
yang menghampar. Pemandangan yang begitu memukau akan sangat sulit dilupakan
dan menjadi pengalaman yang begitu berharga.
Untuk mencapai obyek wisata Tugu McArthur, pengunjung harus sedikit melewati jalanan berliku dan menanjak, kira-kira 15 menit dari Bandara Sentani dengan menggunakan kendaraan bermotor. Perjalanan ke lokasi ini pun harus melewati komplek militer karena terletak satu wilayah dengan Resimen Induk Kodam Cendrawasih. Saat porosbumi.com berkunjung ke Tugu McArthur, aparat TNI yang berjaga di kawasan ini sempat menyuruh menunggu sebentar di pos penjagaan di bawah. Karena di saat bersamaan ada rombongan pasukan TNI tengah latihan menembak.
“Latihan (menembak) sudah selesai, tinggal beres-beres saja.
Tunggu sebentar ya mas,” kata salah satu prajurit TNI ramah. Benar saja, hanya
beberapa menit menunggu rombongan porosbumi.com pun diperkenankan masuk
kawasan. Dan segala jerih lelah menuju tempat ini terbayar lunas dengan
keindahan panorama dan kisah sejarah menarik di Tugu McArthur. Yang melegakan
lagi, objek wisata ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya sepeser pun
untuk mengunjunginya.
Taktik Perang “Lompat Katak”
Tugu McArthur merupakan saksi bisu sejarah besar Perang
Dunia II yang berkecamuk di tanah Papua. Tugu ini menjadi peringatan datangnya
pasukan sekutu di wilayah Pasifik pada tahun 1944. Hal ini terkait penyerangan
sekutu terhadap Jepang yang saat itu menguasai sebagian besar wilayah Filipina.
Dilansir dari Wikipedia, Douglas McArthur yang saat itu
menjadi panglima besar pasukan sekutu, memerintahkan pasukannya untuk
mendirikan sebuah Markas Besar Umum Daerah Pasifik Barat Daya, dan lokasinya
ada di distrik Sentani, Papua, tepatnya di sekitar bukit tempat Tugu McArthur
berada. Inilah sebab mengapa tugu peringatan di atas bukit Sentani ini menabalkan
nama Jenderal McArthur, salah satu jenderal besar yang dimiliki Amerika Serikat
hingga saat ini.
Douglas MacArthur lahir pada 26 Januari 1880 dan meninggal dunia pada 5 April 1964, persisnya di umur 84 tahun. MacArthur seorang jenderal bintang lima asal Amerika Serikat dan marsekal lapangan Angkatan Darat Filipina. MacArthur menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat pada dasawarsa 1930-an dan memiliki sumbangsih yang besar dalam upaya untuk melawan Kekaisaran Jepang di Pasifik selama Perang Dunia II.
MacArthur dianugerahi Medal of Honor berkat jasa-jasanya
selama kampanye militer Filipina, sehingga dirinya dan ayahnya Arthur MacArthur
Jr, menjadi pasangan ayah dan anak pertama yang sama-sama mendapatkan medali
tersebut. Ia juga merupakan salah satu dari hanya lima orang yang diberikan
pangkat Jenderal Besar di Angkatan Darat Amerika Serikat, dan satu-satunya
orang yang pernah diangkat sebagai marsekal lapangan di Angkatan Darat
Filipina.
Menarik ditelisik jejak Jenderal Douglass MacArthur kala memimpin
Perang Dunia II dari Bumi Papua. Perang ini berawal saat Jepang memulai perang
Pasifik dengan menyerang Pearl Harbour di Hawai, pada 7 Desember 1941. Kurang
dari delapan jam kemudian Jepang membom Clarc Field, utara Manila. Tiga hari
kemudian MacArthur menyatakan Manila sebagai kota terbuka dan pindah ke
Corregidor.
Dua minggu setelahnya, di bawah tekanan berat tentara
Jepang, pasukan Amerika di Filipina ditarik ke Bataan (Teluk Manila), dan
mereka meneruskan perlawanan terhadap Jepang selama tiga bulan. Pada Maret
1942, Presiden Franklin Roosevelt memerintahkan MacArthur dan keluarganya
menuju ke Melbourne. MacArthur membuat pernyataan …”I shall return.”
Tugas utama MacArthur adalah melindungi Australia. Untuk memutuskan jalur laut Australia ke Amerika Serikat, Jepang berusaha mengurung Port Moresby (Pelabuhan Jayapura) lewat pantai selatan Irian (sekarang Papua). Setelah Jepang gagal mencapai sasarannya lewat laut, mereka dihentikan di darat pada September 1942 oleh pasukan Australia di bawah perintah MacArthur.
Sekutu kemudian mengambil alih pertahanan dan memulai suatu
operasi militer yang panjang dan sulit untuk mengusir keluar Jepang dari Irian.
Pada Februari 1943, Sekutu menang kendali atas Irian bagian tenggara dan
mengeliminasi ancaman jalur laut. Kemenangan MacArthur terhadap Jepang di Irian
adalah suatu langkah pertama dalam suatu operasi militer yang membawa
pasukannya menuju ke arah barat Filipina.
Sepanjang operasi ini, unit-unit Angkatan Laut Pasific yang
dipimpin oleh Admiral William Holsey ditempatkan di bawah komando strategis
MacArthur. Setelah membebaskan Kepulauan Solomon, pasukan MacArthur menyerbu
memasuki kepulauan Admiralty dan menetralisir basis pertahanan Jepang di Rabaul
pada 1944. Mereka kemudian bergerak di sepanjang pantai utara Irian dan
akhirnya membuat pertahanan di Jayapura.
Jenderal MacArthur, setelah terpaksa meninggalkan Bataan dan menyingkir ke Australia, dan menerima bantuan pasukan serta peralatan dari Amerika, lalu menyusun kekuatan baru dan strategi yang ditetapkannya adalah serangan balasan akan dilaksanakan menurut garis yang terpendek ke Jepang. Oleh karena itu, pulau-pulau Indonesia bagian Barat, tidak termasuk dalam strategi serangan balasan ini.
Tempat-tempat pendudukan lainnya seperti Sorong, Sarmi,
Manokwari, Teluk Kao dan lainnya tidak diserbu, tetapi diblokade dari udara dan
laut sehingga hubungan keluar terputus, tidak dapat saling memberi bantuan, dan
akhirnya menyerah. Begitupun pembebasan Nieuw Guinea/Papua oleh tentara Sekutu
berlangsung hanya kurang dari tiga bulan, yaitu 22 April - 30 Juli 1944.
Kekuatan tentara Jepang sepanjang pesisir utara dan barat Papua tidak berdaya
terhadap strategi perang Sekutu, yaitu taktik perang “lompat katak” yang
dilancarkan pasukan MacArthur.
Sama seperti pasukan Jepang yang memulai masuk Papua dengan
mendaratkan pasukannya di Teluk Humboldt (sekarang Teluk Hamadi), MacArthur pun
masuk kembali ke Papua dengan mendaratkan pasukannya melalui Teluk Hamadi.
Kemudian pasukannya berjalan kaki melalui Danau Sentani dan terus naik ke atas
gunung, dan akhirnya membuat markas besar di bukit daerah Ifar Gunung.
Dari sini MacArthur kemudian merebut kembali Sarmi, Sorong,
Manokwari dan Fak-Fak. Kedudukan tentara Sekutu di Hollandia (nama lain
Jayapura) dan sekitarnya makin diperluas, dan mendesak pertahanan tentara
Jepang sehingga tidak terdapat perlawanan dan lumpuh seluruhnya.
Pada 6 Juni 1944, operasi militer tentara Sekutu merebut
Hollandia di bawah pimpinan Jenderal Douglass MacArthur dinyatakan selesai.
Hollandia kemudian oleh Jenderal MacArthur dijadikan sebagai General Head
Quarter of the South West Pacific Area (Markas besar Pasifik Barat Daya), Pusat
Allied Air Forces (Angkatan Udara sekutu), Pusat Allied Land Forces (Angkatan
Darat Sekutu), dan The US “7” Fleet Recreation Centre di Ifar Gunung. (hendri
irawan)