- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Terisolasi, Warga Gaza Hanya Satu Kali Makan Sehari dan Terancam Kelaparan
Keterangan Gambar : Seorang ibu di Gaza sedang menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Tangkapan Layar/Aljazeera
GAZA - Di tenda darurat di kamp pengungsi Gaza, Yasmin Eid mengaduk sepanci kecil kacang lentil, menyiapkan apa yang mungkin akan menjadi satu-satunya makanan untuk keluarganya hari itu.
Bersama suami dan keempat putrinya, Eid berjuang untuk bertahan hidup di Gaza tengah, setelah mengungsi lima kali dari rumah asal mereka di Jabaliya.
Keluarganya sekarang tinggal di daerah yang aksesnya relatif lebih mudah bagi kelompok-kelompok bantuan dibandingkan di bagian utara yang telah terisolasi dan sangat hancur akibat serangan Israel.
Baca Lainnya :
- Mimpi Bocah Gaza Menjelajah Bulan Tercabik-cabik Rudal Israel0
- 44.000 Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel, Separuhnya Wanita dan Anak-anak0
- 5% Aset Keuangan Islam Dapat Menghasilkan USD400 M untuk Pembiayaan Energi Terbarukan0
- 30 Menit Sebelum Serangan Rudal Oreshnik ke Ukraina, Rusia Kirim Pemberitahuan ke AS0
- Buntut Serangan Rudal Jarak Jauh Ukraina, Rusia Balas Tembakkan Rudal ke Kiev0
Di Deir al-Balah, keluarga Eids termasuk di antara ratusan ribu orang yang berlindung di kamp tenda kumuh. Toko roti lokal ditutup selama lima hari minggu ini.
Harga sekantong roti melonjak melewati €12,50 (Rp200.000), karena persediaan roti dan tepung habis sebelum pasokan lainnya tiba.
Namun, penderitaan kelaparan hanya dialami sedikit orang di Gaza. Para ahli memperingatkan bahwa kelaparan besar-besaran mungkin sedang berlangsung di utara Gaza.
Kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan tentang "peningkatan tajam" dalam jumlah rumah tangga yang mengalami kelaparan parah di Gaza tengah dan selatan.
Hal ini diyakini terkait dengan perampokan bersenjata akhir pekan lalu, di mana hampir 100 truk bantuan dijarah di dekat posisi militer Israel di Gaza selatan.
Israel menyalahkan Hamas tanpa mengambil tindakan apa pun untuk menghentikan penjarahan tersebut, sementara Hamas mengatakan itu adalah ulah bandit lokal.
Pada hari raya Idul Fitri, rasa lapar menjadi rutinitas sehari-hari. Selama berbulan-bulan, Yasmin dan keluarganya tidur dalam keadaan lapar. Harga-harga telah meroket, dan kami tidak mampu membeli apa pun,” katanya dikutip dari laman Euro News, Jumat (22/11/2024).
Dia juga rindu kopi, tetapi satu bungkus Nescafé sekarang harganya sekitar €1,25 (Rp20.000). Satu kilogram bawang bombay seharga €10 (Rp165.000), dan sebotol minyak goreng ukuran sedang seharga €14,50 (Rp240.000) jika tersedia.
Daging dan ayam menghilang dari rak-rak toko beberapa bulan yang lalu, tetapi masih ada beberapa sayuran lokal.
Israel mengklaim tidak ada pembatasan jumlah bantuan yang masuk ke Gaza dan menuduh badan-badan PBB gagal mengambilnya, dengan menunjuk pada ratusan truk yang tertahan di sisi perbatasan Gaza.
Namun, angka-angka dari militer menunjukkan penurunan tajam dalam bantuan yang masuk ke wilayah tersebut. Hanya ada sekitar 1.800 truk yang tiba pada bulan Oktober, turun dari lebih dari 4.200 pada bulan sebelumnya.
Dengan laju saat ini, sekitar 2.400 truk diperkirakan akan memasuki Gaza pada bulan November, penurunan yang sangat besar dari rata-rata sebelum perang yaitu sekitar 500 truk per hari. (wib)