- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
5% Aset Keuangan Islam Dapat Menghasilkan USD400 M untuk Pembiayaan Energi Terbarukan
DUBAI - Laporan baru berjudul “Islamic Finance and Renewable
Energy”, menunjukkan bahwa dengan mengalokasikan hanya 5% dari aset senilai USD4,5
triliun sektor keuangan Islam untuk proyek energi terbarukan, dapat terhimpun
dana sebesar USD400 miliar untuk pembiayaan iklim pada 2030.
Laporan ini hasil kolaborasi antara Greenpeace MENA (sebagai
bagian dari Aliansi Ummah for Earth) dan Inisiatif Keuangan Etis Global (GEFI),
mengungkap potensi transformatif keuangan Islam dalam mempercepat transisi
global menuju energi terbarukan. Temuan laporan ini diluncurkan hari ini, dalam
acara “Unlocking Islamic Sustainable Finance Summit” yang diselenggarakan oleh
GEFI.
Laporan ini menekankan keselarasan antara prinsip-prinsip
keuangan Islam—yang menonjolkan pengelolaan lingkungan, investasi etis, dan
tanggung jawab sosial—dengan kebutuhan mendesak akan investasi energi
berkelanjutan. Dengan kesenjangan pendanaan energi terbarukan tahunan sebesar USD5,7
triliun, sektor keuangan Islam memiliki posisi unik untuk menjembatani
kesenjangan ini melalui instrumen keuangan yang sesuai syariah.
Baca Lainnya :
- 30 Menit Sebelum Serangan Rudal Oreshnik ke Ukraina, Rusia Kirim Pemberitahuan ke AS0
- Buntut Serangan Rudal Jarak Jauh Ukraina, Rusia Balas Tembakkan Rudal ke Kiev0
- Univ Pakuan-Belantara Foundation Edukasi Siswa Mendata Keanekaragaman Hayati0
- Cerdas, Begini Sistem Irigasi Lahan Pertanian di Jepang0
- 5 Tren Teknologi AI yang Makin Canggih!0
Instrumen keuangan Islam ini berpotensi mengatasi tiga
krisis planet, yakni perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman
hayati. “Keuangan Islam bukan hanya alat ekonomi; itu adalah katalisator yang
kuat untuk investasi energi terbarukan, didorong oleh nilai-nilai keimanan
serta prinsip keseimbangan dan pengelolaan lingkungan,” kata Nouhad Awwad,
Ummah For Earth’s Campaigner and Global Outreach Coordinator at Greenpeace
MENA.
“Memobilisasi aset keuangan Islam, seperti sukuk dan dana
zakat, dapat membantu melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada 2030 dan
membuka jalan bagi transisi yang adil, menciptakan masa depan di mana tidak ada
yang tertinggal.”
Tariq Al-Olaimy, Penasihat Keuangan Islam untuk Aliansi
Ummah For Earth, menyatakan keuangan Islam bukan sekadar pendekatan pembiayaan
alternatif, tapi ini adalah solusi yang kuat untuk aksi iklim. Dengan proyeksi
aset keuangan Islam melebihi USD6,7 triliun pada 2027, memiliki peluang luar
biasa untuk menyelaraskan prinsip-prinsip berbasis iman dengan pengelolaan
lingkungan.
“Melalui alokasi strategis hanya 5% untuk energi terbarukan,
kita dapat memobilisasi USD400 miliar untuk solusi iklim pada 2030. Waktunya
untuk bertindak adalah sekarang—setiap keputusan investasi yang kita buat hari
ini akan berdampak pada generasi mendatang. Lembaga keuangan Islam harus
mempercepat komitmen mereka terhadap investasi energi terbarukan,” tuturnya.
Untuk memfasilitasi transisi ini, laporan tersebut juga
memperkenalkan EDUCATE framework, yang menawarkan panduan praktis untuk
melibatkan para pemangku kepentingan, mendorong kolaborasi, dan memobilisasi
modal untuk proyek energi berkelanjutan.
“Keuangan Islam berada di ambang peluang transformatif
senilai USD1 triliun, selaras dengan kebutuhan pendanaan sektor energi
terbarukan. Dengan mematuhi prinsip-prinsip Syariah, keuangan Islam dapat
mendorong dekarbonisasi dan menawarkan solusi yang berdampak bagi masa depan
yang berkelanjutan, terutama di negara-negara Selatan Global,” kata Omar
Shaikh, Managing Director of GEFI.
Temuan utama laporan:
-
Industri keuangan Islam terus berkembang pesat,
dengan proyeksi aset mencapai USD6,7 triliun pada 2027. Alokasi strategis hanya
5% untuk inisiatif energi terbarukan dan efisiensi energi dapat memobilisasi
sekitar USD400 miliar untuk pembiayaan iklim pada 2030.
-
Pasar sukuk ESG menunjukkan momentum luar biasa
pada semester pertama 2024, dengan penerbitan mencapai USD9,9 miliar—setara
dengan total tahun 2023. Sukuk keberlanjutan memimpin pertumbuhan ini, mencakup
63% dari total penerbitan sukuk ESG.
-
Kawasan MENA memimpin transisi ini: perusahaan
UEA menerbitkan sukuk ESG senilai rekor USD3,9 miliar pada 2023, sementara Arab
Saudi mencatat peningkatan kapasitas energi terbarukan lebih dari 300%.
-
Prinsip keuangan Islam secara alami selaras
dengan pengelolaan lingkungan, aksi iklim, dan investasi berkelanjutan, menarik
investor Islam maupun konvensional ke proyek energi terbarukan.
-
Negara-negara seperti Indonesia (penerbit sukuk
hijau negara pertama) dan Malaysia menjadi pelopor dalam kerangka kerja yang
menggabungkan keuangan Islam dengan standar keberlanjutan global.
-
Analisis proyek-proyek yang didanai melalui
Sukuk Hijau menunjukkan manfaat sosial-ekonomi yang luas, termasuk: penciptaan
lapangan kerja, peningkatan keamanan energi, transfer teknologi, inovasi
infrastruktur berkelanjutan, perbaikan kesehatan masyarakat melalui pengurangan
emisi, dan penguatan ketahanan iklim untuk komunitas rentan.