- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Produk Perikanan Indonesia Diperhitungkan dalam Rantai Pasok Protein Global
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus
mengoptimalkan potensi pangan biru untuk mendukung swasembada pangan nasional
dan memenuhi kebutuhan pasar perikanan global. Produk perikanan Indonesia
sejauh ini telah menjangkau 133 negara di dunia.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan
mengutarakan optimismenya pada kemajuan sektor kelautan dan perikanan nasional
dalam pencapaian target swasembada pangan tahun 2027. Salah satu contoh konkret
yakni tahun depan Indonesia tidak lagi mengimpor garam konsumsi. Dengan stok
produksi 800 ribu ton, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan garam konsumsi yang
jumlahnya sekitar 500 ribu ton.
“Sektor kelautan dan perikanan akan sangat menentukan kita
swasembada pangan atau tidak. Untuk itu saya apresiasi ada agenda ini,” ungkap
Zulkifli Hasan saat menyampaikan sambutan pada acara Indonesia Marine and
Fishery Business Forum (IMBF) 2024 bertajuk Blue Food Competent Authority
Dialogue di Jakarta, Selasa (10/12).
Baca Lainnya :
- Rona Bahagia Guru dan Siswa SMKN 1 Mendo Barat, Bangka Memanen Kacang Tanah 0
- Cadangan Pangan Diperkuat untuk Antisipasi Bantuan Bencana0
- NFA Terus Perkuat Cadangan Pangan Pemerintah0
- Ini yang Membuat Prabowo Yakin Indonesia Bisa Bebas dari Impor Semua Produk Pangan0
- Presiden Prabowo Dorong Swasembada Pangan dan Ekonomi Biru Lewat Perikanan Budidaya0
Zulkifli juga memuji program KKP merevitalisasi tambak
Pantura Jawa untuk kegiatan budi daya nila salin seperti yang sudah berjalan
pada modeling Budidaya Ikan Nila Salin (BINS) Karawang, Jawa Barat. Adopsi
teknologi budi daya modern BINS pada program revitalisasi akan menghasilkan
perikanan berkualitas dengan mutu yang teruji.
Potensi Pangan Biru
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono
mengatakan potensi pangan biru akan dioptimalkan melalui pelaksanaan lima
program ekonomi biru. Lewat program tersebut, produk perikanan di hulu yang
ditopang oleh kegiatan budidaya dan penangkapan ditransformasi pengelolaalnya
melalui kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota dan pembangunan
modeling budidaya berkelanjutan.
Dua program tersebut sudah berjalan perairan timur Indonesia
untuk penangkapan ikan terukur, sedangkan modeling budidaya perikanan
berkelanjutan telah menghasilkan rumput laut, udang, dan nila salin dengan
kualitas ekspor.
"Peningkatan kualitas produksi hasil perikanan di hulu
pun dibuktikan dengan penerapan standar produksi yang baku, seperti
implementasi CBIB, CPIB, CPPIB untuk kegiatan budidaya," kata Menteri
Trenggono.
Selain itu KKP melalui Badan Pengendalian dan Pengawasan
Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BBPHMKP) melakukan penjaminan mutu produk
perikanan yang dihasilkan. Badan ini bertugas memastikan bahwa semua produk
perikanan Indonesia berkualitas dan aman konsumsi.
“Pangan biru itu salah satu sektor pangan yang berasal dari
perikanan yang dihasilkan dari perairan darat dan laut. Ini yang terus kami
kembangkan untuk swasembada. Dalam neraca komoditas, sektor perikanan pun
selalu positif, surplus dan impornya sangat kecil untuk komoditas yang tidak
ada di dalam negeri,” beber Menteri Trenggono.
Sejauh ini produk perikanan Indonesia telah merambah 133
negara dengan nilai ekspor tahun 2023 mencapai USD 5,6 miliar. Produk terserap
paling banyak adalah udang, tuna cakalangan tongkol, cumi sotong gurita,
rajungan kepiting, dan rumput laut. Ini menandakan produk perikanan Indonesia
selama ini diperhitungkan dalam memenuhi kebutuhan protein berbasis hasil
perikanan. (rel)
“Kami ingin peningkatan produksi juga seiring dengan
peningkatan kualitas yang akan berdampak pada akses pasar serta mendukung
program nasional di dalam negeri,” ungkap Menteri Trenggono.
Menteri Trenggono optimistis nilai ekspor akan semakin
tinggi, begitupun dengan jumlah negara-negara yang menyerap produk perikanan
Indonesia. Sampai dengan November 2024, telah terdaftar 2.406 unit pengolah
ikan yang memiliki nomor registrasi ke negara mitra dalam rangka pemenuhan
persyaratan ekspor, serta memperkaya portofolio Indonesia dalam kesetaraan
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Sinergi Lebih Kuat
Sementara itu, Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan Didit
Herdiawan menambahkan, kegiatan IMFBF yang ketiga kalinya tahun ini untuk
menjalin sinergi yang lebih kuat dengan stakeholder perikanan dari dalam dan
luar negeri. Optimalisasi potensi pangan biru sekaligus untuk mendukung program
prioritas pemerintah yakni Makan Bergizi Gratis.
“Ini tujuannya untuk memperkuat kolaborasi yang efektif dan
saling menguntungkan di kalangan negara-negara yang memiliki kaitan dengan
perikanan global,” ujar Didit.
IMFBF dengan tema Blue Food Competent Authority Dialogue
dihadiri ratusan tamu undangan dan
pembicara dari dalam dan luar negeri. Di antaranya para duta besar, konselor
perdagangan dan ekonomi negara-negara sahabat, hingga para pelaku usaha. Acara
ini juga dihadiri perwakilan Badan Pangan Dunia (FAO) untuk Indonesia, serta
Delegation of European Union for Indonesia and Brunei Darussalam, Directorate
for Seafood Safety US-FDA.